kerajaan minang kabau

== Kerajaan-kerajaan Minangkabau ==
Menurut [[tambo Minangkabau]], pada periode abad ke-1 hingga abad ke-16, banyak berdiri kerajaan-kerajaan kecil di selingkaran Sumatera Barat. Kerajaan-kerajaan itu antara lain [[Kesultanan Kuntu]], [[Kerajaan Kandis]], [[Kerajaan Siguntur]], [[Kerajaan Pasumayan Koto Batu]], [[Kerajaan Bukit Batu Patah|Bukit Batu Patah]], [[Kerajaan Sungai Pagu]], [[Kerajaan Inderapura]], [[Kerajaan Jambu Lipo]], [[Kerajaan Taraguang]], [[Kerajaan Dusun Tuo]], [[Kerajaan Bungo Setangkai]], [[Kerajaan Talu]], [[Kerajaan Kinali]], [[Kerajaan Parit Batu]], [[Kerajaan Pulau Punjung]] dan [[Kerajaan Pagaruyung]]. Kerajaan-kerajaan ini tidak pernah berumur panjang, dan biasanya berada dibawah pengaruh kerajaan-kerajaan besar, Malayu dan Pagaruyung.

=== Kerajaan Malayu ===
{{utama|Kerajaan Dharmasraya}}

[[Kerajaan Melayu|Kerajaan Malayu]] diperkirakan pernah muncul pada tahun [[645]] yang diperkirakan terletak di hulu sungai [[Batang Hari]]. Berdasarkan [[Prasasti Kedukan Bukit]], kerajaan ini ditaklukan oleh [[Kerajaan Sriwijaya|Sriwijaya]] pada tahun [[682]]. Dan kemudian tahun [[1183]] muncul lagi berdasarkan [[Prasasti Grahi]] di [[Kamboja]], dan kemudian [[Negarakertagama]] dan [[Pararaton]] mencatat adanya Kerajaan Malayu yang beribukota di [[Dharmasraya]]. Sehingga muncullah [[Ekspedisi Pamalayu]] pada tahun 1275-1293 di bawah pimpinan [[Kebo Anabrang]] dari [[Kerajaan Singasari]]. Dan setelah penyerahan Arca Amonghapasa yang dipahatkan di [[Prasasti Padang Roco]], tim Ekpedisi Pamalayu kembali ke Jawa dengan membawa serta dua putri Raja Dharmasraya yaitu [[Dara Petak]] dan [[Dara Jingga]]. Dara Petak dinikahkan oleh [[Raden Wijaya]] raja [[Majapahit]] pewaris kerajaan Singasari, sedangkan [[Dara Jingga]] dengan [[Adwaya Brahman]]. Dari kedua putri ini lahirlah [[Jayanagara]], yang menjadi raja kedua Majapahit dan [[Adityawarman]] kemudian hari menjadi raja [[Pagaruyung]].

=== Kerajaan Pagaruyung ===
{{utama|Kerajaan Pagaruyung}}

Sejarah propinsi Sumatera Barat menjadi lebih terbuka sejak masa pemerintahan Adityawarman. Ra­ja ini cukup banyak meninggalkan [[prasasti]] mengenai dirinya, walaupun dia tidak pernah mengatakan dirinya sebagai Raja Minangkabau. Aditya­warman memang pernah memerintah di [[Kerajaan Pagaruyung|Pagaruyung]], suatu negeri yang di­percayai warga Minangkabau sebagai pusat kerajaannya.

Adityawarman adalah tokoh pen­ting dalam sejarah Minangkabau. Di samping memperkenalkan sistem pe­merintahan dalam bentuk kerajaan, dia juga membawa suatu sumbangan yang besar bagi alam Minangkabau. Kon­tribusinya yang cukup penting itu adalah penyebaran agama [[Buddha]]. Agama ini pernah punya pengaruh yang cukup kuat di Minangkabau. Ter­bukti dari nama beberapa nagari di Sumatera Barat dewasa ini yang berbau Budaya atau [[Jawa]] seperti [[Saruaso]], [[Pa­riangan]], [[Padang Barhalo]], [[Candi, Sumatera Barat|Candi]], [[Bia­ro]], [[Sumpur]], dan [[Selo]].

Sejarah Sumatera Barat sepe­ninggal Adityawarman hingga perte­ngahan abad ke-17 terlihat semakin kompleks. Pada masa ini hubungan Su­matera Barat dengan dunia luar, ter­utama Aceh semakin intensif. Sumate­ra Barat waktu itu berada dalam dominasi politik [[Aceh]] yang juga memo­nopoli kegiatan perekonomian di dae­rah ini. Seiring dengan semakin inten­sifnya hubungan tersebut, suatu nilai baru mulai dimasukkan ke Sumatera Barat. Nilai baru itu akhimya menjadi suatu fundamen yang begitu kukuh melandasi kehidupan sosial-budaya masyarakat Sumatera Barat. Nilai baru tersebut adalah [[agama Islam]].

[[Syekh Burhanuddin]] dianggap sebagai pe­nyebar pertama Islam di Sumatera Barat. Sebelum mengembangkan aga­ma Islam di Sumatera Barat, ulama ini pernah menuntut ilmu di Aceh.

=== Kerajaan Inderapura ===
{{utama|Kerajaan Inderapura}}

Jauh sebelum Kerajaan Pagaruyung berdiri, di bagian selatan Sumatera Barat sudah berdiri kerajaan Inderapura yang berpusat di Inderapura (kecamatan [[Pancung Soal, Pesisir Selatan]] sekarang ini) sekitar awal abad 12. Setelah munculnya Kerajaan Pagaruyung, Inderapura pun bersama [[Kerajaan Sungai Pagu]] akhirnya menjadi vazal kerajan Pagaruyung.

Setelah Indonesia merdeka sebagian besar wilayah Inderapura dimasukkan kedalam bagian wilayah provinsi Sumatera Barat dan sebagian ke wilayah Provinsi Bengkulu yaitu kabupaten Pesisir Selatan sekarang ini.
Baca juga yang di bawah ini

Tidak ada komentar:

"Jangan lupa komentar nya"

terima klasih tela membaca postingan ini jangan lupa saran dan kritik nya,