Sejarah minangkabau


Di pelosok desa Mahat, Suliki Gunung Mas, [[Kabupaten Lima Puluh Kota]] banyak ditemukan peninggalan kebudayaan megalitikum. Bukti arkeologis yang dite­mukan di atas bisa memberi indikasi bahwa daerah Lima Puluh Kota dan sekitarnya merupakan daerah pertama yang dihuni oleh nenek moyang orang Minangkabau. Penafsiran ini ber­alasan, karena dari [[luhak]] Lima Puluh Kota ini mengalir beberapa sungai besar yang bermuara di pantai timur pu­lau [[Sumatera]]. Sungai-sungai ini dapat dilayari dan memang menjadi sarana transportasi yang penting dari zaman dahulu hingga akhir abad yang lalu.

Nenek moyang orang Minang­kabau diduga datang melalui rute ini. Mereka berlayar dari daratan Asia (In­dochina) mengarungi [[Laut Cina Sela­tan]], menyeberangi [[Selat Malaka]] dan kemudian melayari [[sungai Kampar]], [[sungai Siak]], dan [[sungai Inderagiri]]. Setelah melakukan perjalanan panjang, mereka tinggal dan mengembangkan kebudayaan serta per­adaban di wilayah ''[[Luhak|Luhak Nan Tigo]]'' ([[Kabupaten Lima Puluh Kota|Lima Puluh Kota]], [[Kabupaten Agam|Agam]], [[Kabupaten Tanah Datar|Tanah Datar]]) sekarang.

Percampuran dengan para penda­tang pada masa-masa berikutnya me­nyebabkan tingkat kebudayaan mere­ka jadi berubah dan jumlah mereka ja­di bertambah. Lokasi pemukiman mereka menjadi semakin sempit dan akhirnya mereka [[merantau]] ke berba­gai bagian Sumatera Barat yang lainnya. Sebagian pergi ke utara, menuju [[Lubuk Sikaping]], [[Rao]], dan [[Ophir]]. Sebagian lain pergi ke arah selatan menuju [[Kabupaten Solok|Solok]], Sijunjung dan Dharmasraya. Banyak pula di antara me­reka yang menyebar ke bagian barat, teruta­ma ke daerah pesisir, seperti Tiku, Pariaman, dan Painan.
Baca juga yang di bawah ini

Tidak ada komentar:

"Jangan lupa komentar nya"

terima klasih tela membaca postingan ini jangan lupa saran dan kritik nya,